Memang yang namanya jodoh itu nggak bisa ditebak, atau mungkin hanya tak disadari. Bisa tahu-tahu ketemu dan cocok atau berproses kemudian tumbuhlah kecocokan itu. Bagiku jodoh nggak melulu berarti pasangan hidup. Jodoh artinya lebih mengarah pada kecocokan dua hal. Entah itu kecocokan antara dua manusia, kecocokan pilihan baju, kecocokan pembeli rumah dan rumah yang dipilihnya dan lain sebagainya. Kali ini aku ingin membagikan sedikit tentang Universitas Airlangga (Unair) dan jodohku. Siapa jodohku ? Ya, Unair.
Lima semester berlalu sejak pertama kalinya menginjakkan kaki dengan bahagia, diterima sebagai mahasiswa di universitas kebanggaan masyarakat Jawa Timur, Unair. Semuanya berawal ketika aku duduk di kelas sepuluh, madrasah aliyah. Saat itu aku dihadapkan pada kemauan menulis karya tulis dan keinginan untuk berprestasi agar bisa membanggakan orangtua (ciyee... anak baik ya... Hahaha). Namun, berulang kali mengirimkan karya, berulang kali pula semuanya berbalas kecewa. Tak kurang dari tujuh kali berturut-turut aku mencoba mengrimkan karya tulis ke berbagai lomba mulai dari yang diadakan oleh universitas sampai yang diadakan oleh Depdiknas. Gagal lagi dan lagi.
|
Pertama kali ke Unair |
Sampai akhirnya Unair datang bak pangeran berkuda putih yang menyelamatkanku dari ke
-hopeless-an (agak lebai yaa..). Begitulah kenyataannya. Setelah berkali-kali keinginan untuk mengikuti kompetisi gagal, akhirnya Fakultas Kedokteran Gigi Unair memberiku harapan dan kesempatan untuk mempresentasikan karyaku dalam
Dentine Essay Competition. Berita baiknya, timku dipilih sebagai yang terbaik. Tentu senangnya luar biasa, benar-benar penantian yang berbuah sangat manis. (http://bisanulis.blogspot.co.id/2013/08/dentine-essay-competition-fkg-unair.html)
|
Kedua kali ke Unair |
Melalui kompetisi itu pula, untuk pertama kalinya aku, yang notabene cuma anak kampung ini main-main ke kota pahlawan dan mengagumi Fakultas Kedokteran Unair. Masih lekat dalam ingatan, sebelum pagi itu final presentasi di gedung FKG Unair dimulai, travel yang mengantarku dari Kediri-Surabaya, sempat nyasar dulu ke kampus B Unair (lumayan.. jalan-jalan dulu, ngintip kampus B Unair). Pagi itu pula aku berkata lirih dalam hati bahwa suatu saat nanti akan kembali ke sini.
|
Ketiga kali ke Unair |
Cerita pun berlanjut saat Fakultas Sains dan Teknologi menyelenggarakan kompetisi debat ilmiah sekitar tahun 2013 lalu. Aku bersama rombongan teman-teman di KIR An-Nahl MAN 3 Kediri mengirimkan esai ilmiah kami untuk kemudian diseleksi dan dipilih siapa saja yang bisa berlanjut ke tahap berikutnya sebagai peserta debat ilmiah. Kalau tidak salah ingat, saat itu ada lima tim dari sekolahku yang mengirimkan karya dan seluruhnya diterima, dua tim kami menjadi juara. Sekali lagi melalui kompetisi, Unair membuatku jatuh hati. Gedung FST Unair yang ada di kampus C, sebagai tempat pelaksanaan lomba, memberiku kesempatan untuk kembali mengagumi Unair. Saat itu, aku sangat mengagumi pemandangan kampus C Unair yang rapi didominasi warna biru dan kuning. Suasana sekitar yang teduh, sejuk dan hijau di tengah Surabaya yang terik juga memberikan pengalaman luar biasa. Lagi, aku berkata lirih dalam hati bahwa suatu saat nanti aku akan kembali datang ke tempat ini.
|
Baru-baru ini bersama Unair |
Kemudian, harapanku pun dijawab lebih cepat dari yang kukira. Memasuki tahun 2014, FST Unair kembali menyelenggarakan lomba, kali ini lomba esai ilmiah. Bermodal semangat, kemauan menulis, bimbingan guru dan pastinya yang paling kuat daya dorongnya... keinginan untuk jalan-jalan, bersama seorang teman aku kembali mencoba mengikutsertakan tulisan kami. Hasilnya ? Di luar dugaan, esai kami terpilih sebagai yang terbaik dan kami pun diundang dalam acara seminar nasional yang diadakan di Ruang Garuda Mukti, Gedung Rektorat Unair, untuk penyerahan hadiah. Sekali lagi, kompetisi memberiku kesempatan untuk melihat Unair lebih jauh. Lagi-lagi aku jatuh hati dan aku kembali berkata, lirih saja, nanti.. aku akan kembali lagi.
Hari ini aku sedang menulis artikel, mencoba peruntungan dalam kompetisi bertemakan
Fun Experience with Unair, di dalam salah satu ruangan, gedung ungu, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang setiap hari juga semakin kucinta. Ya, inilah jawaban dari harapanku untuk kembali ke Unair. Aku diterima sebagai mahasiswi psikologi melalui SNMPTN. Bagiku, ini rencana Tuhan yang indah, dan inilah jodohku, psikologi Unair.
0 comments:
Post a Comment