Sunday, 20 November 2016

Edisi Puisi Cinta

Dalam rangka mengikuti tren, dan biar nggak dibilang kudet atau  mengabaikan tugas perkembangan umur 20 an. Maka, malam ini perkenankanlah saya membagikan puisi dengan tema yang menurut saya sangat dominan dan sering muncul di lini masa berbagai media sosial kekinian, yaitu cinta. Meskipun saya sendiri ragu apakah ini membawa manfaat ? Ya, mungkin saja diantara teman-teman pembaca yang nyasar ke blog saya ada yang sedang mencari inspirasi untuk membuat puisi cinta untuk suami/istri/ayah/ibunya, semoga bisa menambah ide bagi Anda.

Puisi Cinta

Seperti malam yang berganti sendiri sedari pagi
Aku larut dalam basuhan sunyi
Melaut rindu yang tak bertepi

Getaran hati tanpa henti padamu
Ilustrasi diambil dari : https://nauranajwa.blogspot.co.id
Membuatku semakin takut jika aku gagal menjaga diri
Kuikat saja segala rasa ini, agar tak melampaui Illahi Rabbi

Seperti malam yang esok berganti pagi lagi
Biar saja bunga yang mekar, layu sendiri disapu musim yang berganti
Meski sesungguhnya aku ini kumbang yang ingin terbang
Lelah juga jika harus mengelilingi cakrawala hanya untuk mencari alunan lagu cinta yang belum tentu senada

Seperti embun yang menari diantara dedaunan pagi
Tipis putih menyejuk sukma
Begitu pula rinduku padamu yang tak mampu kutepis begitu saja
Aduhai cinta seperti gula manisnya
Tapi getir dan nyeri saat kusadari ini belum waktunya.

Kau mungkin tak sengaja meninggalkan tarikan sehalus kapas
Membawaku melayang bersama angan dan angin
Membawaku berlayar bersama gelombang pasang-surut

Semua, toh hanya anganku tentangmu
Adakah engkau memikirkanku jua ?
Jika tidak, biar kunikmati saja helai rindu yang kusangka cinta
Biar waktu yang menjawab, akankah ia berujung sama atau sekedar hiasan masa muda

Begitu mudah aku terjebak dalam keinginan bersamamu
Tanpa aku pernah tahu siapa kamu
Memang benar, matamu itu seperti lautan bintang
Meski engkau jauh, sinarnya saling bertautan menembus keberadaanku dalam belantara kerinduan
Menatap fajar di ujung sana membuatku makin merindu
Mendung yang menyelimuti semakin mantap meramu
Ditambah gerimis yang perlahan turun satu-satu

Dalam derai hujan itu engkau hadir layaknya butir air
Mengguyur deras dan mengalir pergi membawa hanyut bongkahan hatiku
Tanpa pernah kau pedulikan aku yang malu-malu

Sadarkah engkau saat pertama bertemu aku hanya melihatmu seperti pria lainnya, biasa
Sayangnya rotasi bumi ikut serta membalik haluan pikir dan rasaku tentangmu
Entah kenapa dalam benakku saat ini hanya ada jingga yang merona
Logikaku nomor dua, harap hasratku yang berkuasa
Meski setiap detik kulalui dengan keyakinan bahwa kau bahkan tak pernah mengingatku
Aku... memilih mengakui saja statusku sebagai wanita yang mudah jatuh dalam peluk cinta

Duhai, yang masih menjadi rahasia-Nya
Akan kujaga segenap jiwaku agar layak bersamamu
Agar nanti aku bisa meniru angin, bercengkrama sepanjang waktu bersama daun-daun
Agar kita selalu bersama seperti burung dan sayap-sayapnya
Agar kita selalu mencinta dalam mesra hingga ke surga


Surabaya, 20 November 2016

0 comments:

Post a Comment