Saturday, 2 May 2015

Dadi Wong Jawa

Masih pagi, hanya sendiri, mendung dan gerimis. Berteman segelas teh hangat, kenyang dengan menu sayur lodeh dan sambel teri. Jadi ingat rumah, ingat ibu dan bapak yang sejak kecil selalu membiasakan sarapan setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Tidak lupa, mereka juga menyisipkan guyonan sederhana di tengah ricuhnya pagi dengan tiga orang anak yang hendak pergi sekolah. Anak pertama masih belum menemukan buku matematikanya, anak kedua masih sibuk mencari peniti untuk jilbabnya, sedangkan anak ketiga sibuk mencari kaos kaki kesayangannya. 

Pagi memang harus dihadapi dengan senyum dan kesabaran. Siapa yang paling sabar ? Siapa lagi kalau bukan ibu tercinta yang sejak pukul 04.30, bersamaan dengan berkokoknya ayam sudah mengayuh sepeda, bergegas ke perempatan desa menuju surga belanja aneka sayuran. Aku ? selalu semangat mengikuti beliau tetapi dengan tujuan yang berbeda. Jahatnya, bukan tulus membantu justru minta dibelikan jajanan pasar yang legit dan menggoda itu. 

Suasana syahdu seperti ini mengingatkanku pada pelajaran Bahasa Jawa yang kuterima sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Aku belajar aksara jawa, basa ngoko, krama, menghafal nama-nama pewayangan, istilah-istilah, tembang macapat, bahkan nama anak-anak hewan pun tersedia dalam kamus orang jawa. Aku masih ingat bagaimana cerahnya wajah bapakku menyaksikan angka sembilan untuk pelajaran Bahasa Jawa di rapor SD anaknya. Memang, tidak banyak dari teman-teman sekelasku yang bisa mendapatkan nilai lebih dari tujuh untuk pelajaran yang satu ini. Ya, mereka memang orang kota (begitu kata bapakku). Aku juga tidak paham apa alasan orangtuaku menyekolahkanku di sekolah yang berada di tengah perumahan itu. Mungkin, supaya aku tidak bandel bermain dengan anak-anak tetangga desa yang itu-itu saja, dan setidaknya punya keunggulan di sekolah, meski cuma satu mata pelajaran, hahahaha...

Unik dan luhurnya budaya memang harus dipelihara. Jawa, memang indah. Ia identik dengan lemah-lembut, luwes, kalem, bersahaja. Kemarin, aku menemukan postingan menarik di facebook tentang beberapa filosofi Jawa. Aku juga ingat, dulu sering sekali membaca kalimat-kalimat ini di pepak Basa Jawa, tetapi tidak pernah benar-benar memahami maknanya. Oleh karena itu, pagi ini kubaca, kutuliskan kembali, supaya ingat, supaya mancep, sebagaimana mestinya orang jawa tulen berlaku.

1. Urip Iku Urup
- Hidup itu nyala -
(Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita)

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
- Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak -
 
3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

- Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar -

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
- Berjuang tanpa perlu membawa masa, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kaya tanpa didasari kebendaan-

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
- Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan
sesuatu -

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
- Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut, jangan mudah kolokan atau manja-

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
- Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi-

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka
- Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka -

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
- Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah, jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat -

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
- Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti -

Jawa juga punya quotes yang indah, sangat dalam maknanya serta cocok untuk diterapkan dalam kehidupan. Demikian nostalgia pagi ini kuakhiri, semoga bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment