Masih dalam suasana yang penuh dengan pengharapan akan masa depan pendidikan, khususnya bagi calon-calon mahasiswa. Pertama, melalui tulisan ini saya hendak menyampaikan bahwa siapa pun yang berniat meminjam buku latihan soal SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), saya sudah tidak memilikinya. Buku tersebut telah berpindah tangan dan hingga saat ini tak kunjung dikembalikan oleh si peminjam. Ya, sudahlah..
1. Kak, apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi SBMPTN ?
Bobo' ! untuk yang mungkin ingin mencicipi pahitnya kegagalan. Belajar itu pasti.
Memang, ada orang-orang tertentu yang tampaknya hidup dengan sangat mudah. Semua kebutuhan tercukupi, tanpa getol belajar dia bisa pintar dan lain sebagainya. Bahkan, ada yang mencatut nama-nama besar orang sukses, "Itu mereka bisa sukses tanpa kuliah. Mereka itu DO juga bisa jadi sehebat itu". Wah, itu kan mereka !. Kalau kamu kena DO lebih besar mana kemungkinannya ? melanjutkan berkarya atau tambah gila ? :D.
Kenapa jadi bahas itu ya... kembali ke topik utama tentang persiapan SBMPTN. Beberapa teman membagikan pengalamannya kepada saya seputar strategi yang mereka gunakan. Ada yang memilih mengikuti bimbingan belajar di lembaga tertentu. Tipe ini beralasan salah satunya, 'setidaknya' dengan mengikuti les seperti itu ada jadwal pasti yang mengharuskan mereka belajar, membaca, berlatih soal dan sebagainya. Tipe lainnya, memilih berburu buku latihan soal SBMPTN dari toko buku untuk dipelajari sendiri. Tipe ini beranggapan bahwa mereka bisa lebih konsentrasi belajar. Toh, nanti pada saat hari-H SBMPTN juga mereka harus berjuang sendiri hanya ditemani alat tulis tercinta kan ?. Tipe berikutnya, lebih senang belajar bersama teman-teman. Berkumpul di rumah si A atau si B, di taman atau di mana saja sambil membawa cemilan seadanya, berdiskusi memecahkan soal-soal latihan.
Jadi, yang mana gayamu ? Bukankah calon mahasisiwa artinya sudah melalui 6 tahun + 3 tahun + 3 tahun ? Mestinya, sudah paham cara mana yang sekiranya paling ampuh untuk meningkatkan kemampuan. Jangan ragu juga untuk memadukan semua cara di atas untuk meraih hasil yang maksimal. Rendah hatilah untuk bertanya pada saudara, guru, teman tentang materi-materi yang belum jelas. Begitu pula yang tidak memiliki banyak modal untuk mengikuti les-les jelang SBMPTN. Tidak perlu berkecil hati. Manfaatkan para aktivis les itu. Bertanyalah, ambilah ilmu dari mereka, sederhana kan ? Saya yakin, mereka akan merasa penting dan berharga jika kamu mau meminta mereka mengajarimu.
2. Kak, bosan nih belajar melulu sudah muak dengan soal-soal di buku itu, sudah hafal aku model-model soalnya, sudah khatam deh pokoknya !
Ini dia, setan jenuh mulai merongrong. Hai, adikku yang manis... saat kamu menginginkan buah mangga di atas pohon dan tidak ada tempat lain bagimu untuk mendapatkannya selain dari pohon itu, apa yang kamu lakukan ? Pertama, tentu kamu harus cari tahu siapa pemilikanya. Kemudian, kamu minta izin padanya untuk mengambil mangga itu. Setelah diberi izin, ternyata mangga itu sangat tinggi dan sulit dijangkau hanya dengan tangan. Kemudian, kamu mencoba menemukan galah. Sayang, setelah galah kamu temukan mangga yang ranum itu hanya bergoyang-goyang tidak kunjung lepas dari cabang pohon.
Maka, dengan fokus dan penuh pertimbangan kamu mencari celah bagaimana sebetulnya galah itu bekerja. Apakah cukup dengan menjentikkan ujung galah pada ujung mangga ? Apakah cukup dengan memukul mangga ? Ataukah ada trik untuk mengait mangga itu kemudin menariknya perlahan hingga ia akhirnya mau terjun ke dalam kantong di ujung galah itu ? Pun, ilmu mengait mangga ini tidak mudah. Selalu ada saat pertama, hal baru. Meski sudah diajari dan merasa paham bagaimana caranya, praktiknya mangga itu masih tak bergeming. Lantas, kamu pergi tanpa mangga, mencari bantuan orang lain untuk mengambilkan, atau terus berusaha meraihnya dengan tanganmu sendiri karena mangga itu tampaknya akan semakin segar dan menggoda jika kamu sendiri yang berhasil "memenangkan" dari singgasananya di atas sana ?
Maka, dengan fokus dan penuh pertimbangan kamu mencari celah bagaimana sebetulnya galah itu bekerja. Apakah cukup dengan menjentikkan ujung galah pada ujung mangga ? Apakah cukup dengan memukul mangga ? Ataukah ada trik untuk mengait mangga itu kemudin menariknya perlahan hingga ia akhirnya mau terjun ke dalam kantong di ujung galah itu ? Pun, ilmu mengait mangga ini tidak mudah. Selalu ada saat pertama, hal baru. Meski sudah diajari dan merasa paham bagaimana caranya, praktiknya mangga itu masih tak bergeming. Lantas, kamu pergi tanpa mangga, mencari bantuan orang lain untuk mengambilkan, atau terus berusaha meraihnya dengan tanganmu sendiri karena mangga itu tampaknya akan semakin segar dan menggoda jika kamu sendiri yang berhasil "memenangkan" dari singgasananya di atas sana ?
Pada akhirnya, pilihan selalu ada di tangan kita. Membiarkan diri merasa jenuh dan bosan padahal tujuan belum tercapai atau mencari cara baru untuk terus merasa fakir ilmu, sehingga selalu tumbuh keinginan untuk belajar. Adikku, ingatlah SBMPTN hanya pintu masuk. Setiap kegiatan harus ada alasan. Jika hanya pintu itu yang kamu kejar, tidak heran jika rasa puas muncul saat telah melibas soal-soal latihan SBMPTN. Maka, mari benahi tujuan. Mari, membangun harapan jangka panjang.
Selain itu, siapa juga yang menyuruhmu mabuk dengan soal-soal itu ? Belajar tidak berarti hanya duduk, diam, menekuri buku-buku kan ? Sesekali pandanglah jendela, cari pencerahan/penyegaran tetap dalam cara yang baik ya.... boleh juga disispi dengan aktivitas yang kamu gemari, asalkan jangan sampai lupa waktu.
3. Kak, deg-deg an nih, kayaknya nggak siap SBMPTN, semoga ketrima SNMPTN aja deh...
Ya, amin. Namun, apa yang disebut hari esok adalah belum terjadi. Sudah seharusnya kita mengantisipasi berbagai kemungkinan. Iya, kalau Tuhan berkenan memberi jalan mulus dengan lolos SNMPTN, kalau tidak dan kita tidak menyapkan diri, apa jadinya ?
Deg-deg an itu mungkin muncul karena sebetulnya otak dan perasaan belum sinkron. Perasaan sudah menghibur diri, "Aku bisa !, pasti bisa !", namun otak menjawab, "Kamu belajar satu bab saja sudah ngantuk begitu, mana bisa lolos SBMPTN?". Antonim dari kecemasan itu tentu adalah kepercayaan diri. Perlu dipahami bahwa kepercayaan diri bukan hanya dalam bentuk keyakinan atau sugesti-sugesti positif saja, melainkan dibarengi dengan usaha dan doa yang tiada hentinya.
Jika semua telah dilakukan, pengendalian adalah poin berikutnya. Beberapa orang dibenci karena terlalu percaya diri. Sama seperti buah mangga, jika ia terlalu masak, rasanya juga berbeda. Bahkan, terlalu masak juga sangat dekat dengan buah busuk. Dengan begitu, mari bersabar dalam menjalani setiap prosesnya. Jika sudah belajar, berdoa, mengantongi restu orangtua, janganlah berbangga-bangga. Biarkan diri menjadi pribadi yang sejuk dan menyejukkan, sahabat yang menguatkan, mari saling bertukar ilmu dengan rekan-rekan yang lain. Ingatlah, tidak ada yang pantas untuk sombong selain Dia.
0 comments:
Post a Comment