Momen jelang pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), serta berbagai macam pintu masuk perguruan tinggi lainnya tampak sebagai masa yang cukup mendebarkan bagi mereka yang ingin meneruskan kuliah. Saya pun banyak dihubungi oleh adik kelas yang sedang bersiap menjadi mahasiswa. Saya pikir ini kesempatan yang tepat untuk membagi pengetahuan seputar kuliah berdasarkan pengalaman tahun lalu saat masih berada pada posisi yang sama seperti mereka. Mumpung saya juga masih semester dua, jadi ingatan sebagai mahasiswa baru juga masih melekat, hehe...
Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering saya terima.
1. Gimana caranya nembus SNMPTN ?
Wah, gimana yak... dipikir bisa kayak hologram gitu nembus ke mana-mana. Saya juga nggak tahu pasti teman-teman. Saya memang diterima lewat jalur ini, tapi saya tidak pernah menemukan kriteria rinci pendaftar yang diterima seperti apa. Yang saya ketahui adalah, semasa MA (setara SMA) saya berusaha meningkatkan kemampuan akademis dibarengi dengan aktif di salah satu ekskul yang kemudian mengantarkan saya ke beberapa piagam lomba. Nah, pada laman SNMPTN data nilai dari rapor beserta scan piagam lomba bisa dimasukkan. Katanya sih, nilai ujian nasional juga dipertimbangkan. Namun benar atau tidaknya saya tidak tahu. Berapa persentasenya saya juga tidak tahu. Ada pun piagam penghargaan lomba, menurut keterangan guru BK yang masih saya ingat, bisa menambah poin untuk diterima melalui SNMPTN. Tetapi maaf, sekali lagi bagaimana perhitungannya saya juga tidak tahu. Setelah itu seleksi dilakukan oleh universitas yang sudah kita klik di website SNMPTN. Serius deh, saya juga nggak tahu panitianya siapa, nyeleksinya gimana, hehe...
2. Apakah jumlah alumni dari SMA asal yang belajar di PTN yang dipilih berpengaruh ?
Katanya... sih berpengaruh. Saya belum menemukan penjelasan eksplisit tentang hal ini, tetapi mungkin bisa dipahami bahwa jumlah alumni di PTN yang dipilih menjadi semacam parameter reputasi SMA asal. Tapi menurut saya, meski jumlah alumni dari SMA teman-teman tidak banyak di PTN yang akan dipilih, apabila teman-teman memang punya kualitas yang baik serta berdaya saing se-Indonesia, kenapa harus ragu ? Jika bukan kamu yang memulai untuk menjadi alumni dari SMA-mu di PTN tersebut, kapan mau ada yang diterima di sana, betul ?
3. Nilai rapor naik-turun, ranking kelas juga jelek, apakah mungkin diterima SNMPTN ?
Seperti namanya, SNMPTN adalah nasional. Yang perlu dipusingkan bukan soal peringkat kelas melainkan "kelas" kemampuan dan hasil belajarmu secara menyeluruh selama SMA dibandingkan banyak siswa SMA se-Indonesia. Jika rankingmu jelek, tetapi nilaimu sebenarnya baik....sudah daftar saja ! Seingat saya, data SNMPTN yang dimasukkan adalah peringkat paralel satu SMA pada masing-masing jurusan (misal : peringkat se-IPA dan se-IPS di SMAmu), nah ini perlu dipertimbangkan. Nilai naik-turun ? selagi turunnya nggak dari 90 jadi 40, ya....cobalah daftar saja :D.
4. Nilai mata pelajaran apa saja yang nantinya dipertimbangkan untuk penerimaan SNMPTN ?
Lagi-lagi tidak ada penjelasan mengenai hal ini. Yang saya ingat, jauh hari sebelum masa ujian nasional, pihak SMA (kalau di sekolah saya dulu, guru BK) melakukan pendataan nilai rapor (kalau tahun saya dulu, nilai semester 1-5) diantaranya : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika, Kimia, Agama, Geografi, Sejarah, Sosiologi, Olah Raga, Keterampilan, dan apalagi ya? (maaf sudah lupa), itu semua didata dan dimasukkan ke web SNMPTN oleh guru BK. Kemudian siswa akan diberi username dan password untuk dapat masuk ke akun SNMPTNnya masing-masing untuk mencocokkan kembali data yang telah dimasukkan sekolah dengan rapor kita sendiri, kemudian siswa melakukan verifikasi dan pemilihan PTN. Guru BK saya saat itu menyampaikan bahwa sekolah hanya mengikuti aturan saja untuk memasukkan semua data tersebut. Apakah semua nilai atau sebagian saja yang nanti digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh universitas, pihak sekolah juga tidak diberi keterangan.
5. Ingin ambil jurusan A di PTN A, tapi teman satu sekolah banyak juga yang minat ambil itu, gimana ?
Saya kurang tahu apakah ada batasan siswa satu sekolah untuk diterima PTN yang sama. Nyatanya, setelah kuliah saya mengetahui banyak teman yang berasal dari SMA yang sama, diterima kuliah di satu jurusan yang sama. Namun, "pesaing" satu sekolah bisa memberi kita gambaran kenyataan betapa SNMPTN cukup sulit ditebak. Pesaing satu sekolah yang nilai rapor serta prestasinya lebih baik mungkin membuat teman-teman merasa minder. Jika sudah begitu, saya hanya ingin menyampaikan pengalaman lalu ketika beberapa teman memutuskan tidak jadi mengambil jurusan X di PTN X karena merasa nilai rapornya lebih rendah dari teman lainnya di sekolah yang sama. Ternyata, teman yang dianggap nilainya lebih bagus dan bikin minder itu juga mundur, tidak jadi memilih jurusan dan PTN tersebut karena minder dengan teman lainnya ! (Wah, akhirnya malah nggak ada yang ambil jurusan itu). Satu hukum yang pasti dalam SNMPTN adalah ketidakpastian.
6. Berasal dari jurusan IPA tetapi ingin mengambil jurusan kuliah IPS dalam SNMPTN, bagaimana ?
Kemungkinan itu selalu ada, berapa pun besarannya. Saya sendiri berasal dari jurusan IPA tetapi memilih jurusan yang masuk kategori SOSHUM (Sosial dan Humaniora). Dalam website SNMPTN, jurusan tertentu memang mencantumkan persyaratan khusus misalnya harus dari jurusan IPA, tidak buta warna dan lain sebagainya. Lebih detilnya dapat dilihat saat sudah masuk akun SNMPTN masing-masing ya teman-teman. Sedangkan jurusan yang tidak disertai keterangan persyaratan apa pun artinya mereka membuka diri untuk menerima dari jurusan apa saja. Tetapi, apakah ada "rahasia dapur" panitia penyeleksi universitas mengenai trans jurusan ini ? Hingga saat ini saya juga tidak tahu.
7. Apakah setelah diterima SNMPTN benar-benar sudah tidak ada apa-apa lagi ?
Jawabannya, tidak. Tentu harus daftar ulang dahulu, melakukan pembayaran uang kuliah, barulah sah sebagai mahasiswa (kecuali bagi penerima BIDIK MISI). Di samping itu, beberapa orangtua masih terjebak dalam pola lama bahwa SNMPTN adalah jalur penerimaan yang mahal. Padahal tahun sudah berganti, peraturan pun sudah berubah. Jika SNMPTN adalah jalur penerimaan paling mahal, tentu dia tidak akan menjadi incaran banyak siswa se-Indonesia bukan ? Perlu diinformasikan bahwa standar pembayaran daftar ulang nantinya jika diterima SNMPTN sama dengan standar daftar ulang jika diterima melalui SBMPTN. Karena itulah SNMPTN menjadi harapan banyak siswa. Tidak perlu mengerjakan soal tes, sudah diterima kuliah.
Namun, saya kurang sependapat jika dikatakan bahwa SNMPTN itu mudah. Beberapa orang mungkin merasa diterima SNMPTN begitu saja tanpa susah payah. Sementara lainnya, bukankah kita tidak pernah tahu bagaimana sulitnya mereka belajar selama 3 tahun di SMA sambil mengejar prestasi di luar sekolah ?
Jadi, SNMPTN juga butuh persiapan sejak jauh hari. Selain itu, selama pengumuman belum keluar, perbanyak doa dan memohon yang terbaik menurut-Nya. Jika teman-teman memang layak untuk diterima, jangan khawatir, Tuhan Maha Adil. Jika belum diterima, Tuhan Maha Baik, masih ada jalur penerimaan lainnya. Jika masih belum berhasil, Tuhan Maha Tahu yang terbaik untuk kita. Mari luruskan niat dalam menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.
catatan : akan belajar di mana, memang penting, tetapi bagaimana belajarnya, itu juga penting !
bener jg, snmptn bkn cuma bejo bejan... hrs ada persiapan
ReplyDeleteIya bener banget. Usaha tetap penting, termasuk doa.
ReplyDelete