Mendapatkan skor IQ yang rendah membuat sebagian orang
kecewa. Ada juga orangtua yang marah-marah karena skor IQ anaknya rendah.
Kemungkinan besar perasaan-perasaan itu bersumber dari anggapan bahwa skor IQ
rendah, sama dengan bodoh. Benarkah demikian?
Skor IQ adalah satuan pengukuran untuk mengategorikan
kecerdasan seseorang. Tujuan awal dibuatnya tes kecerdasan adalah memetakan
ragam kemampuan yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Dengan kata lain, tes
kecerdasan yang kemudian menghasilkan skor IQ sebenarnya sangat dekat dengan
kemampuan berpikir secara akademik.
Lantas apakah kamu setuju jika kecerdasan dimaknai secara
khusus “hanya” tentang kemampuan akademik? Bagaimana dengan
keunggulan-keunggulan lain yang manusia miliki, yang tidak bisa tercermin dalam
angka? Apakah skor IQ tinggi yang mengundang rasa bangga memang jaminan
keberhasilan manusia?
Keberhasilan dalam konteks akademik,kemungkinan besar iya.
Namun untuk dapat digeneralisasi dalam hal lain, masih sangat banyak faktor
yang akan mempengaruhinya. Maka sebaiknya kita lebih bijak menyikapi skor IQ.
Bagaimana caranya agar lebih bijaksana? Cobalah membaca buku
berjudul Outliers karya Malcolm Galdwell. Semoga buku tersebut bisa memberi
pencerahan tentang bagaimana memandang kecerdasan dan kesuksesan.
Sternberg, dkk pada 1981 mencoba menanyakan kepada
masyarakat untuk menunjukkan contoh perilaku yang mereka anggap sebagai
kecerdasan. Hasilnya contoh-contoh yang disebutkan bisa dikelompokkan dalam tiga kategori sebagai berikut:
1.Verbal Intelligence
- Berbicara dengan jelas
- Fasih/mudah mengekspresikan idenya dalam kata-kata
- Punya pengetahuan yang dalam terhadap bidang tertentu
- Mampu memahami bacaan secara mendalam
2. Practical Intelligence
- Berpandangan luas/mempertimbangkan banyak aspek dalam melihat permasalahan
- Mampu memahami situasi dengan baik
- Mampu mengambil keputusan dengan baik
- Mampu memilih sikap terbaik dalam menghadapi masalah
3. Social Intelligence
- Mampu menerima orang lain apa adanya
- Berjiwa sosial
- Berpikir dengan matang sebelum bicara atau bertindak
- Peka terhadap keinginan dan kebutuhan orang lain
Temuan di atas menunjukkan bahwa kecerdasan
dalam persepsi masyarakat mencakup banyak aspek. Namun yang diukur dalam tes IQ
kebanyakan adalah verbal Intelligence atau kemampuan berpikir secara
akademik.
Jika demikian haruskah kita patah hati
atau marah-marah saat melihat skor IQ yang rendah?
Weiten (2013) mengungkapkan bahwa selama
ini ada miskonsepsi di masyarakat yang menganggap bahwa tes IQ mampu mengukur
kemampuan mental manusia secara umum. Realitanya, tes IQ belum benar-benar
mampu mengukur banyak aspek mental kita. Baru satu aspek yaitu berfokus pada
penalaran abstrak dan kelancaran verbal yang sangat penting bagi kesuksesan akademik.
Tes IQ belum mampu mencerminkan kemampuan sosial, keterampilan penyelesaian
masalah, kecerdikan mekanik, kreativitas, juga kemampuan seni.
Oleh sebab itu tes IQ perlu disikapi secara
proporsional. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Jika skor IQ yang
dimilikinya rendah, kita tidak bisa semena-mena melabelnya dengan kata bodoh. Potensi
akademiknya mungkin rendah, tetapi semoga ia punya kekuatan pada aspek lainnya.
Daripada resah dan gelisah lalu menyerah
karena skor IQ rendah, lebih baik kita fokus menghargai dan mengerahkan upaya
untuk menemukan dan mengasah potensi lainnya.
Referensi
Sternberg, R. J., Conway, B. E., Ketron, J. L., & Bernstein, M. (1981). People's conceptions of intelligence. Journal of Personality and Social Psychology, 41(1), 37–55. https://doi.org/10.1037/0022-3514.41.1.37
0 comments:
Post a Comment