Tuesday, 1 December 2015

Cukup Sepotong Roti dan Secangkir Kopi

Rutinitas - terkadang membuat manusia terperangkap dalam kejenuhan tanpa penjelasan. Sebagian dari aktivitas yang dikerjakan mungkin dahulu adalah hal-hal yang sangat diimpikan. Dahulu ia ingin menjadi ‘seorang’. Hari ini, ia pun menggenggam impiannya.  Ibarat pengantin baru yang sedang asyik-asyiknya merenda mesra, ia begitu menikmati pencapainnya. Namun hidup melaju seiring waktu dan rasa jemu kian memburu. 

Berulang-ulang melakukan hal serupa, yang dahulu paling didambakan dan paling disukai sekalipun tak bisa lepas dari titik jenuh. Buntu. Yakin, setiap orang pasti pernah mengalaminya. Jika demikian, apa yang biasanya Anda lakukan ? makan, tidur, jalan-jalan, teriak dan beraneka cara lainnya dicoba untuk melepas kepenatan. Tetapi ada juga yang hanya berdiam diri di kamar, membiarkan dirinya tenggelam dalam lautan kejemuan. Dalam pikirnya, tak ada lagi cara yang bisa ditempuh untuk meringankan beban hatinya. Apa pun, tak akan bisa membuatnya merasa lebih baik. Lelah itu tampak  tak bertepi, tak berujung.

Biar saja bumi terus berotasi, ia tak peduli. Ia tahu dirinya sangat menyedihkan dengan kondisi  yang tak berguna, goyah, hilang arah. Namun ia merasa tangan dan kakinya tak lagi punya daya untuk menyuarakan apa yang sebenarnya ia inginkan. Entah kenapa muncul perasaan sedang diperbudak oleh pekerjaan, oleh keadaan. Tetapi sekali lagi, ia menyadari bahwa memahami manusia bahkan dirinya sendiri, tampak sangat sulit hari ini. Seperti masuk dalam labirin penuh cabang yang sangat membingungkan. 

Kadang yang diperlukan seseorang untuk dapat membebaskan diri dari kejenuhan akut semacam itu tidak lebih dari sepotong roti dan secangkir kopi. Tidak perlu menghambur uang untuk ke luar negeri apalagi menngurung diri sendiri. Sederhana adalah bahagia sesungguhnya. Rasa lega pun tidak memiliki banyak syarat untuk dapat dinikmati. Melalui sepotong roti dan secangkir kopi, luangkan waktu tidak lebih dari 15 menit untuk duduk sejenak sambil menyeruput kopi, menikmati aroma khasnya, dilanjutkan dengan menggigit sepotong roti yang terasa manis dan gurih di lidah. Cobalah menikmatinya sambil meresapi kembali apa yang sebenanya tengah kita hadapi. Apakah itu jenuh yang kita ciptakan sendiri dalam fantasi, apakah itu jenuh karena kita enggan berbagi pemikiran dan informasi, apakah itu memang jenuh karena tingginya tuntutan dan kurangnya liburan atau itulah jenuh karena keringnya iman dan rasa syukur pada Dia Yang Maha Menciptakan.

Sejenak, berilah waktu bagi kopi untuk menghangatkan teggorokan. Sebentar saja, berikan waktu pada roti untuk membagikan semangat melalui manis rasanya. Manusia kadang sok sibuk dalam alam pikirnya sendiri. Banyak tempat yang dijelajahi secara bersamaan hanya dalam pikiran. Padahal semua tetap hanya akan jadi ilusi jika tak segera dilakukan. Cobalah untuk tenang dan menyusun tahap demi tahapan. Biarkan, izinkan diri Anda untuk menemukan “sepotong roti  dan secangkir kopinya” terlebih dahulu. Segera, temukan cara-cara sederhana yang mujarab dan sesuai untuk meringankan dan mengerti akar dari kekosongan, kelelahan, juga kejenuhan yang Anda rasakan.

0 comments:

Post a Comment