Rutinitas - terkadang membuat manusia terperangkap dalam
kejenuhan tanpa penjelasan. Sebagian dari aktivitas yang dikerjakan mungkin
dahulu adalah hal-hal yang sangat diimpikan. Dahulu ia ingin menjadi ‘seorang’.
Hari ini, ia pun menggenggam impiannya.
Ibarat pengantin baru yang sedang asyik-asyiknya merenda mesra, ia
begitu menikmati pencapainnya. Namun hidup melaju seiring waktu dan rasa jemu
kian memburu.
Berulang-ulang melakukan hal serupa, yang dahulu paling
didambakan dan paling disukai sekalipun tak bisa lepas dari titik jenuh. Buntu.
Yakin, setiap orang pasti pernah mengalaminya. Jika demikian, apa yang biasanya
Anda lakukan ? makan, tidur, jalan-jalan, teriak dan beraneka cara lainnya dicoba
untuk melepas kepenatan. Tetapi ada juga yang hanya berdiam diri di kamar,
membiarkan dirinya tenggelam dalam lautan kejemuan. Dalam pikirnya, tak ada
lagi cara yang bisa ditempuh untuk meringankan beban hatinya. Apa pun, tak akan
bisa membuatnya merasa lebih baik. Lelah itu tampak tak bertepi, tak berujung.
Biar saja bumi terus berotasi, ia tak peduli. Ia tahu
dirinya sangat menyedihkan dengan kondisi
yang tak berguna, goyah, hilang arah. Namun ia merasa tangan dan kakinya
tak lagi punya daya untuk menyuarakan apa yang sebenarnya ia inginkan. Entah
kenapa muncul perasaan sedang diperbudak oleh pekerjaan, oleh keadaan. Tetapi
sekali lagi, ia menyadari bahwa memahami manusia bahkan dirinya sendiri, tampak
sangat sulit hari ini. Seperti masuk dalam labirin penuh cabang yang sangat
membingungkan.
Kadang yang diperlukan seseorang untuk dapat membebaskan
diri dari kejenuhan akut semacam itu tidak lebih dari sepotong roti dan
secangkir kopi. Tidak perlu menghambur uang untuk ke luar negeri apalagi
menngurung diri sendiri. Sederhana adalah bahagia sesungguhnya. Rasa lega pun
tidak memiliki banyak syarat untuk dapat dinikmati. Melalui sepotong roti dan
secangkir kopi, luangkan waktu tidak lebih dari 15 menit untuk duduk sejenak
sambil menyeruput kopi, menikmati aroma khasnya, dilanjutkan dengan menggigit
sepotong roti yang terasa manis dan gurih di lidah. Cobalah menikmatinya sambil
meresapi kembali apa yang sebenanya tengah kita hadapi. Apakah itu jenuh yang
kita ciptakan sendiri dalam fantasi, apakah itu jenuh karena kita enggan
berbagi pemikiran dan informasi, apakah itu memang jenuh karena tingginya tuntutan
dan kurangnya liburan atau itulah jenuh karena keringnya iman dan rasa syukur
pada Dia Yang Maha Menciptakan.
Sejenak, berilah waktu bagi kopi untuk menghangatkan
teggorokan. Sebentar saja, berikan waktu pada roti untuk membagikan semangat
melalui manis rasanya. Manusia kadang sok sibuk dalam alam pikirnya sendiri. Banyak
tempat yang dijelajahi secara bersamaan hanya dalam pikiran. Padahal semua tetap
hanya akan jadi ilusi jika tak segera dilakukan. Cobalah untuk tenang dan
menyusun tahap demi tahapan. Biarkan, izinkan diri Anda untuk menemukan
“sepotong roti dan secangkir kopinya”
terlebih dahulu. Segera, temukan cara-cara sederhana yang mujarab dan sesuai untuk
meringankan dan mengerti akar dari kekosongan, kelelahan, juga kejenuhan yang
Anda rasakan.
0 comments:
Post a Comment