Sunday, 6 December 2015

Untukmu Gatot Kacaku


Untukmu Gatot Kacaku

Tempias gerimis mengikis tangis
Kereta uap melaju menderu, mengingatkanku padamu selalu
Laki-laki yang kuat meski tanpa otot kawat
Laki-laki pemberani meski tanpa balung wesi

Petak sawah di seberang jendela kereta juga mengingatkanku padamu selalu
Pada cerita masa kecilmu yang kusimak tanpa jemu
Kau kisahkan padaku hidup keras, panas, dengan cangkul dan bongkah tanah
Aku pun ingat bagaimana matamu menerawang iri, ingin sekolah tinggi

Roda yang terdengar berputar mengalur, juga mengingatkanku pada cerita seru masa mudamu
Dulu, sebagai pencuci mobil berbadan kecil
Pernah mencoba menjaja jamu hingga ujung tanah Jawa
Sambil menguri budaya, Gatot Kacaku mengangkasa membawa pusaka tanah leluhurnya
Berpentas ketoprak dari desa ke desa

Gatot Kacaku sering berkata, "Bapak bukan orang kaya"
 Gatot Kacaku sering berkata, "Bapak tak tahu apa-apa"
Bagiku Pak, engkaulah segalanya
Bagiku Pak, engakaulah pria terkaya
Bagiku Pak, engakaulah pria yang serba bisa
Di tanganmu Pak, cerita sendu masa lalu berubah jenaka, bukan drama air mata

Sungguh, petang ini ingin kutumpahkan seluruh rasa hormat dan cintaku padamu
Meski lidahku selalu kelu untuk sekedar berterima kasih padamu
Meski aku masih saja malu mengungkap betapa aku sungguh mencintaimu
Meski aku hanya bisa menyimpan segala rindu dalam diam dan doaku

Untukmu Bapak, Gatot Kacaku
Aku tak tega Pak, dalam lelahmu kau bahkan memaksa mengantarku
Masih dengan mata kantuk yang merah itu
Kautunjukkan padaku betapa engkau ingin menjagaku

Sama seperti dulu, menemani kayuhan sepeda pertamaku
Mengobati lukaku
Menghapus rengekan nakalku
Mendamaikan aku dengan ibu 

Bapak, sekarang aku mengerti mengapa engkau waspada jika ada yang mendekat
Aku paham, Gatot Kacaku sedang menjalankan tugasnya
Aku mengerti Pak
Memang engakaulah yang selama ini mengajariku hidup
Engkau lebih dulu dan selalu menyayangiku
 Aku mengerti Gatot Kaca menginginkan yang terbaik untuk putrinya
Aku mengerti Pak, meski aku hanya bisa hanyut dalam haru

Untukmu Bapak, Gatot Kacaku
Jika tiba saatnya nanti aku harus pergi dan mengarungi hidupku sendiri
Jangan khawatir Pak, aku juga setengah mati membagi hati
Tak banyak laki-laki sakti 
Yang segenap jiwanya diserahkan dalam ketulusan dan pengabdian sepertimu
Jangan khawatir Pak, akan kuteladani itu

Terima kasihku untukmu, Bapakku, Gatot Kaca, pahlawanku selalu
Salam rindu dan hormat dari putrimu

Surabaya, 29 Novenber 2015

0 comments:

Post a Comment