Bisakah manusia hidup
tanpa ingatan ? Tanpa ingatan manusia seperti hidup tanpa detak jantung.
Adalah hal yang mustahil seseorang bisa menjalani hari-harinya tanpa mengingat.
Bisa dibayangkan jika seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk mengingat maka
terhadap siapa dirinya pun ia tidak mengerti. Tanpa ingatan manusia juga tidak
akan tahu apa yang dibutuhkan ketika ia merasa lapar, haus, mengantuk dll.
Semua yang kita jalani memerlukan adanya memori atau ingatan. Ingatan tidak
sekedar berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai informasi. Ingatan adalah
hal vital yang berkaitan langsung dengan bejalannya kehidupan manusia.
Memori
bersifat individual dimana setiap orang memiliki kemampuan masing-masing dalam kapasitas
maupun kecepatan mengingat sesuatu. Di beberapa kasus ada orang-orang tertentu
yang bahkan dianggap memiliki kekuatan supranatural karena memiliki kemampuan
di atas rata-rata dalam hal mengingat. Di Indonesia, salah satu remaja yang
masyhur namanya dan telah mengantongi segudang pencapaian dalam hal memori
adalah Dominic Brian. Remaja kelahiran Surabaya, 26 November 1996 yang besar di
Bali ini memang istimewa. Di usianya yang baru lima tahun saja
namanya sudah tercatat di Museum Rekor Indonesia dengan kemampuan menghafal 100
angka dalam waktu hanya 15 menit. Ini memang fenomena yang spektakuler.
Tidak
berhenti di situ, Dominic Brian saat ini bahkan sudah sah menjadi yang termuda
di dunia dalam hal kemampuan menghafal cepat dan banyak. Dominic sudah 2 kali mencatatkan
namanya di Guiness World Records dengan rekor mengingat 76 angka 60 detik pada tahun 2009, mengingat 216 deret angka binari 0 dan 1 pada tahun 2010,
serta rekor dunia dari Record Holder Republic berupa mengingat 80 angka dalam 60 detik dari depan ke belakang dan sebaliknya termasuk secara acak dalam waktu 60 detik.
Dengan
adanya kemampuan memori seperti yang dimiliki oleh Dominic Brian, semakin
kuatlah kebenaran pernyataan bahwa memori bukan sekedar gudang penyimpanan
informasi. Weiten (2013) menyebutkan bahwa ada serangkaian proses untuk dapat
disebut sebagai memori yaitu encoding
(memasukkan dalam ingatan), storage
(mempertahankan dalam ingatan), kemudian retrieval
(mendapatkan kembali informasi dari ingatan). Weiten (2013) juga menyebutkan
bahwa proses mengingat akan dimulai saat kita memperhatikan sesuatu. Dengan
kata lain, memori tentang suatu informasi akan didapat hanya jika kita memperhatikan.
Atkinson,
dkk (1997) menyatakan bahwa informasi yang telah diperhatikan akan disimpan
dalam short term memory (ingatan
jangka pendek).
“…short term memory is a limited capacity store that can maintain
unrehearsed information for about 10-20 seconds” (Weiten, 2013:280).
Dalam
kasus Dominic Brian, dapat dikatakan bahwa aktivitas mengingat angka yang
dilakukannya adalah proses mengingat jangka pendek yang tampaknya juga disimpan
dalam ingatan jangka pendek. Tetapi jika kita perhatikan kembali, STM seharusnya
memiliki kapasitas sangat terbatas bahkan berdasar teori, STM hanya mampu
menahan informasi yang masuk selama 10-20 detik. Padahal, Dominic mampu
mempertahankan ingatannya lebih dari rentang terebut.
Para
ahli psikologi seperti Ebbinghaus (1885) dan Miller (1956) dalam (Atkinson, 1997:345)
telah melakukan percobaan untuk mengetahui kapasitas short term memory manusia. Mereka menunjukkan urutan huruf, angka
atau kata kepada subyek, kemudian subyek diminta untuk menghafalnya dengan
cepat sehigga tidak ada waktu bagi mereka untuk mengubungkannya dengan ingatan
jangka panjang. Percobaan tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa kapasitas STM
individu terbatas pada kisaran 7±2 butir saja. Tetapi, lagi-lagi Dominic tidak
demikan. Ia bahkan mampu mengingat hingga seratus butir angka.
Sedangkan
jika kemampuan mengingat ala Dominc Brian dikelompokkan dalam LTM (Long
Term Memory) ini juga perlu
dipertimbangkan lagi. Atkinson (1997) mejelaskan bahwa fungsi LTM cenderung kepada mengingat arti atau
pemahaman terhadap makna dari suatu informasi. Kita mungkin kesulitan
mengulangi suatu informasi sama persis dengan susunan aslinya namun dengan LTM kita mampu menyampaikan kembali
informasi sesuai dengan maknanya meskipun susunannya berbeda. Dengan demikian,
kemampuan mengingat (terutama angka) seperti yang dilakukan Dominic tidak bisa
begitu saja disebut LTM. Ini
disebabkan oleh kemampuan Dominic menyebutkan kembali angka yang diingatnya
dalam urutan yang tepat sama persis seperti urutan aslinya.
Fenomena
ini kemudian menimbulkan pertanyaan. Termasuk memori jenis apakah kemampuan Dominic
Brian ? cara apakah yang digunakan olehnya hingga ia mampu “keluar” dari
keterbatasan short term memory ?.
Dalam perkembangan studi tentang memori ditemukan bahwa memang terdapat cara tertentu
yang bisa ditempuh guna mengoptimalkan kemampuan memori. Selain itu,
pengelompokan short term dan long term memory pada dasarnya ditujukan
untuk mempermudah pemahaman pembelajaran tentang keduanya. Adapun dalam
kenyataan sehari-hari, manusia seringkali melibatkan keduanya untuk dapat
mengingat sesuatu bukan membatasinya dalam koridor-koridor yang berdiri
sendiri.
“Interaksi yang sangat penting antara ingatan jangka pendek dengan
ingatan jangka panjang ialah fenomena yang disebut chunking (pengelompokan
menjadi unit)…”(Atkinson,
1997:354).
Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa kapasitas memori jangka pendek manusia hanya
berkisar 7 ± 2 butir, chunking
menjadi jalan yang bisa digunakan untuk melonggarkan batasan tersebut. Baron
(2001) menjelaskan bahwa setiap kelompok yang diingat yang selanjutnya disebut
dengan istilah chunk, bisa diisi
lebih dari satu item. Dengan begitu
batasan 7 ± 2 butir bisa diperluas menjadi 7 ± 2 kelompok item (chunk).
Masing-masing kelompok itu bisa saja diisi dengan beberapa kelompok lagi di
dalamnya. Chunking bisa dilakukan ketika hal-hal yang harus diingat memiliki
keterkaitan dengan suatu informasi yang sebelumnya telah ada dalam ingatan (long term memory). “…terdapat prinsip
umum bahwa kita dapat meningkatkan ingatan jangka pendek dengan cara
mengelompokkan kembali susunan huruf dan angka itu dalam unit-unit yang dapat
diperoleh dengan ingatan jangka panjang”(Atkinson, 1997:354).
Selain
itu, metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat adalah
dengan membayangkan (imagery). “…dengan menggunakan salah satu bayangan atau
kalimat untuk memberi hubungan yang bermakna akan membuat ingatan kita menjadi
lebih baik”(Atkinson, 1997:356). Agaknya inilah jawaban dari keistimewaan
kemampuan memori Dominic Brian.
Ia
memang memiliki kemampuan tidak biasa dalam mengingat angka yang disuguhkan
kepadanya. Ia mampu mengingat banyak angka hanya dalam hitungan menit bahkan
detik. Ia juga mampu mengungkapkan angka yang dihafalnya secara terbalik
lengkap dengan di mana letak deret dan kolom angka itu berada. Di
beberapa kesempatan talk show, program televisi, maupun wawancara, Dominic
Brian sempat mengatakan bahwa ia biasanya mengelompokkan angka-angka yang harus
dihafalnya. Misalnya deret angka 0327894517 dikelompokkan menjadi
03-27-89-45-17. Dalam proses ini Dominic telah melakukan apa yang disebut
dengan chunking.
Setelah
pengelompokan, proses selanjutnya adalah mengidentikkan kelompok angka dengan
visualisasi tertentu. Deretan angka 03-27
misalnya, 03 oleh Dominic diidentikkan dengan gambar hantu, sedangkan 27
diidentikan dengan gambar gunung, maka deret angka 0327 dimaknai dengan ada
hantu dari gunung. Dengan begitu Dominic telah melakukan apa yang disebut elaborative rehearsal pada ingatannya (seperti hantu dan gunung)
yang “dipanggil” saat ia melihat angka 03 dan 27. Adapun hantu dan gunung
adalah sesuatu yang bersifat subyektif. Masing-masing orang bisa membuat
asosiasi masing-masing terhadap suatu obyek. Konsep ini berkaitan dengan mental imagery.
Konsep mental imagery menurut Thomas (2008) tidak hanya diartikan secara sempit sebagai bayangan visual atau harus berupa gambar tetapi bisa juga menakup ingatan suara, pembau, serta gerak. Dengan begitu, mengingat bisa menjadi hal yang ‘hidup’ dan menyenangkan karena bisa dipermudah dengan melibatkan “drama” berupa imajinasi dalam alam pikiran yang tidak hanya gambar diam tetapi bisa bergerak, berbau bahkan berbunyi. Kemudian, untuk memudahkan mengingat Dominic membuat dua hal tersebut menjadi rangkaian cerita agar keduanya memiliki makna.
Konsep mental imagery menurut Thomas (2008) tidak hanya diartikan secara sempit sebagai bayangan visual atau harus berupa gambar tetapi bisa juga menakup ingatan suara, pembau, serta gerak. Dengan begitu, mengingat bisa menjadi hal yang ‘hidup’ dan menyenangkan karena bisa dipermudah dengan melibatkan “drama” berupa imajinasi dalam alam pikiran yang tidak hanya gambar diam tetapi bisa bergerak, berbau bahkan berbunyi. Kemudian, untuk memudahkan mengingat Dominic membuat dua hal tersebut menjadi rangkaian cerita agar keduanya memiliki makna.
“…elaborative rehearsal adalah pembentukan asosiasi dari informasi baru
dengan pengetahuan yang telah terlebih dahulu tersimpan dan menganalisis
informasi baru tersebut, untuk mempermudah kita mengingat informasi tersebut” (Wade & Tavris, 2008:10).
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mengingat informasi berdasarkan makna
adalah kemampuan yang dimiliki ingatan jangka panjang. Dengan dilakukannya
pemaknaan itulah Dominic mampu mempertahankan ingatannya lebih dari rentang
waktu yang dimiliki ingatan jangka pendek. Sehingga, optimalisasi memori
bukanlah kekuatan supranatural. Ingatan membutuhkan asupan “makanan” berupa
latihan.
Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L.,
dkk. 1997. Pengantar Psikologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Baron, Robert A., 2001. Psychology
Fifth Edition. Needham Heights: Pearson Education Company.
Thomas,
Nigel J. T. 2008. Visual Imagery And
Consciousness. Encyclopedia of Consciousness Academic press/Elsevier.www.theassc.org.pdf.
Wade, Carole & Carol Tavris. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Weiten, Wayne. 2013. Psychology Themes
and Variations 9th Edition. Belmont: Wadsworth.
0 comments:
Post a Comment