Tuesday, 3 March 2015

Optimalisasi Memori Bukan Kekuatan Supranatural



Bisakah manusia hidup tanpa ingatan ? Tanpa ingatan manusia seperti hidup tanpa detak jantung. Adalah hal yang mustahil seseorang bisa menjalani hari-harinya tanpa mengingat. Bisa dibayangkan jika seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk mengingat maka terhadap siapa dirinya pun ia tidak mengerti. Tanpa ingatan manusia juga tidak akan tahu apa yang dibutuhkan ketika ia merasa lapar, haus, mengantuk dll. Semua yang kita jalani memerlukan adanya memori atau ingatan. Ingatan tidak sekedar berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai informasi. Ingatan adalah hal vital yang berkaitan langsung dengan bejalannya kehidupan manusia.
Memori bersifat individual dimana setiap orang memiliki kemampuan masing-masing dalam kapasitas maupun kecepatan mengingat sesuatu. Di beberapa kasus ada orang-orang tertentu yang bahkan dianggap memiliki kekuatan supranatural karena memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal mengingat. Di Indonesia, salah satu remaja yang masyhur namanya dan telah mengantongi segudang pencapaian dalam hal memori adalah Dominic Brian. Remaja kelahiran Surabaya, 26 November 1996 yang besar di Bali ini memang istimewa. Di usianya yang baru  lima tahun saja namanya sudah tercatat di Museum Rekor Indonesia dengan kemampuan menghafal 100 angka dalam waktu hanya 15 menit. Ini memang fenomena yang spektakuler.
Tidak berhenti di situ, Dominic Brian saat ini bahkan sudah sah menjadi yang termuda di dunia dalam hal kemampuan menghafal cepat dan banyak. Dominic sudah 2 kali mencatatkan namanya di Guiness World Records dengan rekor mengingat 76 angka 60 detik pada tahun 2009, mengingat 216 deret angka binari 0 dan 1 pada tahun 2010, serta rekor dunia dari Record Holder Republic berupa mengingat 80 angka dalam 60 detik dari depan ke belakang dan sebaliknya termasuk secara acak dalam waktu 60 detik.
Dengan adanya kemampuan memori seperti yang dimiliki oleh Dominic Brian, semakin kuatlah kebenaran pernyataan bahwa memori bukan sekedar gudang penyimpanan informasi. Weiten (2013) menyebutkan bahwa ada serangkaian proses untuk dapat disebut sebagai memori yaitu encoding (memasukkan dalam ingatan), storage (mempertahankan dalam ingatan), kemudian retrieval (mendapatkan kembali informasi dari ingatan). Weiten (2013) juga menyebutkan bahwa proses mengingat akan dimulai saat kita memperhatikan sesuatu. Dengan kata lain, memori tentang suatu informasi akan didapat hanya jika kita memperhatikan.
Atkinson, dkk (1997) menyatakan bahwa informasi yang telah diperhatikan akan disimpan dalam short term memory (ingatan jangka pendek).

“…short term memory is a limited capacity store that can maintain unrehearsed information for about 10-20 seconds” (Weiten, 2013:280).

Dalam kasus Dominic Brian, dapat dikatakan bahwa aktivitas mengingat angka yang dilakukannya adalah proses mengingat jangka pendek yang tampaknya juga disimpan dalam ingatan jangka pendek. Tetapi jika kita perhatikan kembali, STM seharusnya memiliki kapasitas sangat terbatas bahkan berdasar teori, STM hanya mampu menahan informasi yang masuk selama 10-20 detik. Padahal, Dominic mampu mempertahankan ingatannya lebih dari rentang terebut.
Para ahli psikologi seperti Ebbinghaus (1885) dan Miller (1956) dalam (Atkinson, 1997:345) telah melakukan percobaan untuk mengetahui kapasitas short term memory manusia. Mereka menunjukkan urutan huruf, angka atau kata kepada subyek, kemudian subyek diminta untuk menghafalnya dengan cepat sehigga tidak ada waktu bagi mereka untuk mengubungkannya dengan ingatan jangka panjang. Percobaan tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa kapasitas STM individu terbatas pada kisaran 7±2 butir saja. Tetapi, lagi-lagi Dominic tidak demikan. Ia bahkan mampu mengingat hingga seratus butir angka.
Sedangkan jika kemampuan mengingat ala Dominc Brian dikelompokkan dalam LTM (Long Term Memory) ini juga perlu dipertimbangkan lagi. Atkinson (1997) mejelaskan bahwa fungsi LTM cenderung kepada mengingat arti atau pemahaman terhadap makna dari suatu informasi. Kita mungkin kesulitan mengulangi suatu informasi sama persis dengan susunan aslinya namun dengan LTM kita mampu menyampaikan kembali informasi sesuai dengan maknanya meskipun susunannya berbeda. Dengan demikian, kemampuan mengingat (terutama angka) seperti yang dilakukan Dominic tidak bisa begitu saja disebut LTM. Ini disebabkan oleh kemampuan Dominic menyebutkan kembali angka yang diingatnya dalam urutan yang tepat sama persis seperti urutan aslinya.
Fenomena ini kemudian menimbulkan pertanyaan. Termasuk memori jenis apakah kemampuan Dominic Brian ? cara apakah yang digunakan olehnya hingga ia mampu “keluar” dari keterbatasan short term memory ?. Dalam perkembangan studi tentang memori ditemukan bahwa memang terdapat cara tertentu yang bisa ditempuh guna mengoptimalkan kemampuan memori. Selain itu, pengelompokan short term dan long term memory pada dasarnya ditujukan untuk mempermudah pemahaman pembelajaran tentang keduanya. Adapun dalam kenyataan sehari-hari, manusia seringkali melibatkan keduanya untuk dapat mengingat sesuatu bukan membatasinya dalam koridor-koridor yang berdiri sendiri.

“Interaksi yang sangat penting antara ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang ialah fenomena yang disebut chunking (pengelompokan menjadi unit)…”(Atkinson, 1997:354).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kapasitas memori jangka pendek manusia hanya berkisar 7 ± 2 butir, chunking menjadi jalan yang bisa digunakan untuk melonggarkan batasan tersebut. Baron (2001) menjelaskan bahwa setiap kelompok yang diingat yang selanjutnya disebut dengan istilah chunk, bisa diisi lebih dari satu item. Dengan begitu batasan 7 ± 2 butir bisa diperluas menjadi 7 ± 2 kelompok item (chunk). Masing-masing kelompok itu bisa saja diisi dengan beberapa kelompok lagi di dalamnya. Chunking bisa dilakukan ketika hal-hal yang harus diingat memiliki keterkaitan dengan suatu informasi yang sebelumnya telah ada dalam ingatan (long term memory). “…terdapat prinsip umum bahwa kita dapat meningkatkan ingatan jangka pendek dengan cara mengelompokkan kembali susunan huruf dan angka itu dalam unit-unit yang dapat diperoleh dengan ingatan jangka panjang”(Atkinson, 1997:354).
Selain itu, metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat adalah dengan membayangkan (imagery). “…dengan menggunakan salah satu bayangan atau kalimat untuk memberi hubungan yang bermakna akan membuat ingatan kita menjadi lebih baik”(Atkinson, 1997:356). Agaknya inilah jawaban dari keistimewaan kemampuan memori Dominic Brian.
Ia memang memiliki kemampuan tidak biasa dalam mengingat angka yang disuguhkan kepadanya. Ia mampu mengingat banyak angka hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Ia juga mampu mengungkapkan angka yang dihafalnya secara terbalik lengkap dengan di mana letak deret dan kolom angka itu berada. Di beberapa kesempatan talk show, program televisi, maupun wawancara, Dominic Brian sempat mengatakan bahwa ia biasanya mengelompokkan angka-angka yang harus dihafalnya. Misalnya deret angka 0327894517 dikelompokkan menjadi 03-27-89-45-17. Dalam proses ini Dominic telah melakukan apa yang disebut dengan chunking.
Setelah pengelompokan, proses selanjutnya adalah mengidentikkan kelompok angka dengan visualisasi tertentu. Deretan angka 03-27 misalnya, 03 oleh Dominic diidentikkan dengan gambar hantu, sedangkan 27 diidentikan dengan gambar gunung, maka deret angka 0327 dimaknai dengan ada hantu dari gunung. Dengan begitu Dominic telah melakukan  apa yang disebut elaborative rehearsal pada ingatannya (seperti hantu dan gunung) yang “dipanggil” saat ia melihat angka 03 dan 27. Adapun hantu dan gunung adalah sesuatu yang bersifat subyektif. Masing-masing orang bisa membuat asosiasi masing-masing terhadap suatu obyek. Konsep ini berkaitan dengan mental imagery. 
Konsep mental imagery menurut Thomas (2008) tidak hanya diartikan secara sempit sebagai bayangan visual atau harus berupa gambar tetapi bisa juga menakup ingatan suara, pembau, serta gerak. Dengan begitu, mengingat bisa menjadi hal yang ‘hidup’ dan menyenangkan karena bisa dipermudah dengan melibatkan “drama” berupa imajinasi dalam alam pikiran yang tidak hanya gambar diam tetapi bisa bergerak, berbau bahkan berbunyi. Kemudian, untuk memudahkan mengingat Dominic membuat dua hal tersebut menjadi rangkaian cerita agar keduanya memiliki makna.

“…elaborative rehearsal adalah pembentukan asosiasi dari informasi baru dengan pengetahuan yang telah terlebih dahulu tersimpan dan menganalisis informasi baru tersebut, untuk mempermudah kita mengingat informasi tersebut” (Wade & Tavris, 2008:10).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mengingat informasi berdasarkan makna adalah kemampuan yang dimiliki ingatan jangka panjang. Dengan dilakukannya pemaknaan itulah Dominic mampu mempertahankan ingatannya lebih dari rentang waktu yang dimiliki ingatan jangka pendek. Sehingga, optimalisasi memori bukanlah kekuatan supranatural. Ingatan membutuhkan asupan “makanan” berupa latihan.

Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L., dkk. 1997. Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Baron, Robert A., 2001. Psychology Fifth Edition. Needham Heights: Pearson Education Company.
Thomas, Nigel J. T. 2008. Visual Imagery And Consciousness. Encyclopedia of Consciousness Academic press/Elsevier.www.theassc.org.pdf.
Wade, Carole & Carol Tavris. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Weiten, Wayne. 2013. Psychology Themes and Variations 9th Edition. Belmont: Wadsworth.

0 comments:

Post a Comment