Kerja apa saja bisa. Kamu bisa jadi apa pun yang kamu mau
kecuali untuk jenis pekerjaan yang memang tergantung dengan kesesuaian pendidikan.
Misalnya guru SD, secara formal seharusnya adalah lulusan Pendidikan Guru SD. Begitu
pula dengan dokter, haruslah seorang sarjana kedokteran.
Apakah kamu adalah lulusan SMA yang sedang menerka-nerka
prospek kerja jika kuliah jurusan psikologi? Ataukah kamu adalah mahasiswa
psikologi yang galau tentang masa depan dan kepastian pekerjaan?
Ada baiknya sejenak kita pikirkan, apakah tujuan pendidikan
tinggi adalah mendapatkan pekerjaan? Apa iya kuliah itu hanya untuk mencari
pekerjaan?
Antrean Pencari Kerja |
Di zaman yang katanya sudah maju ini, apa saja bisa kita
lakukan kan? Internet dan segala kejajaiban yang diusungnya memberi kita
ruang untuk menyalurkan segala potensi yang kita miliki. Maka bebaskan dirimu
dari keumuman.
Tak ada salahnya kamu membaca artikel ini dan menyimak
profesi-profesi yang umum djalani oleh para lulusan psikologi. Namun jangan
sampai semua profesi itu justru membatasi pikiranmu. Siapa tahu kita ternyata
punya potensi lebih dari itu. Siapa tahu kita ini tak harus mengikuti jalan
profesi yang sama dengan mereka. Siapa tahu kita justru bisa menemukan dan
menciptakan jalan-jalan baru yang tak kalah bermanfaatnya!
Jadi, apa saja profesi yang umum dijalani oleh lulusan S1
Psikologi?
1. Staf Human Resource and Development (HRD)
Setiap perusahaan atau organisasi umumnya punya sebuah
departemen yang bertanggung jawab mengurus dan mengembangkan SDM yang bekerja
di sana. Departemen itu disebut dengan istilah HRD.
Di dalam departemen itu sendiri mereka melaksanakan fungsi
yang beragam seperti, rekrutmen dan seleksi karyawan, pengembangan organisasi, talent
management, pelatihan atau training dan sebagainya sesuai kebutuhan
masing-masing organisasi.
Dengan pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan memahami
manusia yang dipelajari selama kuliah, lulusan psikologi menjadi salah satu
yang dibutuhkan untuk menjadi staf HRD. Selain lulusan psikologi departemen HRD
umumnya juga diisi oleh lulusan S1 Manajemen dan S1 Hukum.
2. Staf Biro Konsultasi Psikologi
Kantor-kantor konsultasi psikologi yang biasanya menawarkan jasa psikotes, seminar, training
dan konsultasi, juga membutuhkan lulusan S1 Psikologi. Mereka biasanya bertugas
mendukung (menyiapkan dan ikut membantu pelaksanaan) dari proyek yang
dikerjakan oleh kantor konsultasi psikologi itu.
Staf biro konsultasi juga
bertugas melaksanakan operasional atau mengurus administrasi kantor tersebut.
Mereka tidak jarang juga dituntut untuk mampu melayani klien saat baru pertama
datang, misalnya dengan mencatat data awal tentang apa yang mereka butuhkan.
3. Trainer
Kamu suka bicara di depan umum? Ini adalah salah satu jenis
pekerjaan yang bisa dlakukan. Kamu bisa bergabung dengan institusi-institusi
yang membuka lowongan pekerjaan sebagai trainer atau bahkan jika cukup percaya
diri dengan kompetensi yang kamu miliki, kamu bisa melakukannya secara mandiri.
Kalau kamu mungkin cukup populer atau punya banyak koneksi,
menyelenggarakan training atau kelas-kelas pelatihan bisa menjadi pilihan
pekerjaan yang menyenangkan sekaligus menjanjikan.
4. Fasilitator Outbound
Senang bicara di depan umum tapi nggak mau kerja di
dalam ruangan? Ingin jadi trainer tapi malas berpakaian rapi? Ingin bebas lepas
tanpa batas? Menjadi fasilitator outbond mungkin bisa masuk dalam
pertimbangan.
Sama seperti menjadi trainer, jika ingin menjadi fasilitator
outbond kamu bisa bergabung dengan institusi penyelenggara outbond yang
sudah ada atau mengadakan sendiri program sesuai idemu. Psikologi juga bisa lho
dijadikan acuan untuk merancang permainan yang tidak hanya seru tapi juga
bermakna.
5. Tester dan Skorer Psikotes
Sebenarnya ini adalah profesi yang diperdebatkan. Pada
dasarnya lulusan S1 Psikologi tak punya kewenangan untuk mengadministrasikan
alat tes psikologi. Jika kita memperhatikan buku-buku tes psikologi, bukankah
di bagian bawah umumnya tertulis “Penggunaan Terbatas. Hanya Digunakan oleh
Psikolog” dan pernyataan lain yang intinya sama?
Namun yang saya ketahui, saat psikotes dilaksanakan secara
manual (bukan online) apalagi jika pesertanya ratusan atau ribuan,
seorang psikolog tak mampu mengadministrasikannya sendirian. Mengadministrasikan
di sini maksudnya adalah memandu orang mengerjakan tes dan menghitung skornya.
Ngomong-ngomong menghitung skor psikotes tidak
semuanya sederhana atau langsung bisa dihitung salah benar, ya. Ada prosedur yang berbeda-beda tergantung
jenis alat tes yang digunakan.
Dalam situasi seperti itulah adanya tester dan skorer yang
sudah terlatih, dari lulusan S1 Psikologi menjadi diperlukan. Demi efektivitas
dan efisiensi. Setelah data hasil psikotes dikumpulkan, barulah berkas-berkas
psikotes menjadi urusan para psikolog untuk menginterpretasi atau memaknai dan
menyusun laporannya.
Informasi lain yang saya dapat, ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya beberapa
jenis tes psikologi boleh kok diadministrasikan oleh sarjana psikologi,
tidak harus psikolog. Sayangnya saat ini saya belum menemukan di mana file
tentang penjelasan ini pernah saya baca. Nanti kalau sudah ketemu akan saya update
di sini ya.
6. Konselor
Di beberapa instansi baik pemerintah, swasta atau lembaga
nirlaba, konselor punya peran yang penting. Contohnya di Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Badan Narkotika Nasional. Konselor punya tanggung
jawab untuk memandu orang lain berpikir, menyadari dan memahami diri agar mampu
menemukan solusi terbaik bagi permasalahan yang dihadapi.
Konselor umumnya juga ada di sekolah-sekolah. Sekolah negeri
di bawah naungan Kementrian Pendidikan umumnya hanya menerima lulusan S1
Bimbingan dan Konseling sebagai guru BK. Sedangkan sekolah-sekolah di bawah naungan
Kementrian Agama bisa menerima lulusan S1 BK dan S1 Psikologi sebagai guru BK.
Lain cerita dengan sekolah-sekolah swasta. Konselor sekolah
swasta beragam. Ada sekolah yang hanya mau menerima lulusan S1 BK, ada yang
mencari lulusan S1 Psikologi, ada juga yang konselor sekolahnya adalah Psikolog
(lulusan S2 Magister Profesi Psikologi).
7. Peneliti
Punya kegemaran memikirkan banyak hal dan punya kepekaan
menangkap permasalahan? Suka berburu data, menyelidiki banyak hal, berjiwa kepo,
tidak mudah percaya dan merasa puas saat berhasil memahami sesuatu? Mungkin
profesi ini cocok untukmu.
Lulusan S1 Psikologi juga ada yang bekerja melakukan riset
market. Mereka mengumpukan data-data seputar perilaku dan kebutuhan konsumen
supaya perusahaan bisa menentukan tindak lanjut yang tepat sesuai kebutuhan
masyarakat.
Selain riset market, ada juga lulusan S1 Psikologi yang
melakukan penelitian untuk mengembangkan alat ukur psikologi dengan bekal ilmu
psikometri.
Lebih lanjut agar semakin ahli sebagai peneliti sekaligus akademisi,
kamu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 Magister Psikologi.
8. Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pendidikan adalah hak semua orang, tak terkecuali mereka
yang punya kebutuhan khusus. Maka lulusan S1 Psikologi yang saat kuliah memang
mendapatkan pelajaran seputar kondisi dan kebutuhan ABK, dirasa tepat untuk
jadi guru pendamping ABK.
Guru pendamping ABK umumnya bekerja di sekolah-sekolah umum
yang merupakan sekolah inklusi (baik tingkat SD, SMP & SMA) atau di Sekolah
Luar Biasa.
Itulah beberapa pekerjaan yang umum dijalani oleh lulusan S1
Psikologi. Tentu saja, jika kamu ternyata tak berminat dengan semua itu, kamu
tetap punya pilihan untuk melakukan hal lain sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Mungkin kamu
ingin jadi pengusaha? Jadi penulis? You Tuber? Blogger? Traveller?
Atau mungkin kamu punya ide lain?
Buku SIDU berpesan, “You never know till you have tried”.
Pilihan itu ada di tanganmu. Yakinlah, cobalah, tekunilah kemudian evaluasilah.
Buku SIDU berpesan, “You never know till you have tried”.
Pilihan itu ada di tanganmu. Yakinlah, cobalah, tekunilah kemudian evaluasilah.
0 comments:
Post a Comment